Saturday, November 23, 2024
   
TEXT_SIZE

Mindset Anak Muda Perlu Diubah

Semarang-kopertis6.or.id – Talk Show Goes To Campus yang disiarkan langsung melalui Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang pukul 10.00 – 12.00 Wib kemarin (28/4), berlangsung di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Semarang  dengan mengusung tema “Anak Muda Peduli Kota”.

RRI bekerjasama dengan Stikom Semarang selaku penyelenggara, menghadirkan narasumber pakar lingkungan, Dr. Nirman dari Undip, Ketua Stikom Semarang, Gunawan Witjaksana, M.Si, serta perwakilan Walikota Semarang.

Pada penyelenggaraan talk show tersebut diwarnai  tanya jawab dengan peserta yang hadir, baik dari mahasiswa Stikom, Udinus maupun siswa SMA yang diundang. Meski terkesen santai, akan  tetapi tidak mengurangi keseriusan ,  dimana permasalahan yang diangkat terkait kehidupan anak muda yang oleh salah satu narasumber Dr. Nirwan dianggap telah melenceng jauh dari harapan.

“Pola hidup anak muda sekarang  terkesan bermewah-mewahan. Lihat saja kalau kita ke pusat perbelanjaan, mereka memesan makanan atau secangkir kopi yang harganya puluhan ribu. Padahal dalam hidup kita perlu kesederhanaan, untuk itu mari kita perangi kemewahan.” ajak Nirwan.

Dia menegaskan, kita jangan terjerumus kemewahan yang sengaja di bangun oleh dunia kapitalis maupun liberalis yang mencekoki anak bangsa dengan mindset  yang salah dan pada akhirnya menjadi pemboros, hanya menjadi konsumen dan tidak memiliki daya juang.

Yang perlu kita bangun dari anak muda saat ini, lanjut Nirwan, yakni menjadikan anak muda tidak hanya pandai tapi juga berbudi, memiliki kepedulian pada masyarakat, bangsa dan negara. “Ini harus kita tumbuhkan, agar ke depan pemuda betul-betul bisa menjadi pemimpin bangsa dengan prinsip yang jelas.” harapnya.

Ketua Stikom Semarang, Gunawan Witjaksana, M.Si berpendapat, mengenai kehidupan pelajar, mahasiswa serta pemuda yang seiring dengan perkembangan waktu mengalami peningkatan angka kriminalitas pada kehidupan sosial di masyarakat seperti tawuran dan begal, tidak lebih karena dipengaruhi adanya peran media.

“Makin marak karena pemicunya media. Karena media terlalu banyak menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan tawuran maupun kasus begal. Jika media mau mengerem dan tidak hanya berkepentingan mengejar iklan dengan tayangan-tayangan yang bisa memberikan dampak negatif berdasarkan teori belajar atau teori peniruan terhadap kekerasan, saya yakin lambat laun peristiwa tersebut akan hilang dengan sendirinya.”

Tapi, apabila setiap ada tawuran atau kasus begal senantiasa tiap waktu ditayangkan, hal tersebut memberikan dampak bagi anak-anak muda cenderung untuk meniru, ungkap Gunawan.

COMMUNITY

Materi Pelatihan