User Rating: / 0
PoorBest 

Semarang-kopertis6.or.id- Akses keberbagai negara dalam hal kerjasama telah banyak dilakukan Univeristas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Dari kerjasama ini, Unwahas banyak menerima mahasiswa dari luar negeri seperti Timor Leste, Irak, Afganistan, Philipina, Thailand.

“Unwahas juga memperluas kerjasama dengan pemerintah China. Untuk itu, bagi lulusan Unwahas yang berkeinginan melakukan studi lanjut di Beijing akan difasilitasi oleh Kedutaan Besar China di Jakarta.”

Pernyataan ini disampaikan Rektor Unwahas, Dr. Noor Achmad usai mewisuda 540 lulusan institusinya pada gelaran Wisuda ke-23 Tahun 2015, di Masjid Agung Semarang, baru-baru ini.

Rektor menjelaskan, dari 540 lulusan ini, ada diantara mereka saat melakukan pembuatan skripsi dengan bahasa pengantar bahasa Arab. “Mudah-mudahan ke depan untuk skripsi tidak hanya berbahasa Arab akan tetapi juga berbahasa China.

Koordinator Kopertis VI, Prof. DYP. Sugiharto pada kesempatan yang sama memberikan apresiasi kepada Unwahas atas kemajuan pesat yang diraih institusinya. Dalam pengarahannya Prof, DYP menyarankan, agar dosen di Unwahas ke depannya bergelar doktor semua. “Dengan dimilikinya gelar doktor, akan berpotensi memudahkan insitusi ini membuka progdi baru Pasca Sarjana khususnya untuk progdi S3.” harapnya.

Program Pertukaran Mahasiswa

Terpisah, Wakil rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr.H. Mahmutarom pada Sabtu, 24 Oktober 2015, melepas lima mahasiswa semester tujuh yang terdiri dari Muh Zaenal Qowim, Ina Mar’atul Jannah, Ika Mayasari Ismant, Novia Faiz Safitri, untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa di wilayah Pattani Thailand.

“Program ini merupakan tindak lanjut adanya surat dari Majelis Agama Islam Wilayah Pattani Thailand  (MAIP) mengenai permohonan kirim mahasiswa PPL/KKN, dan berdasar MoU MAIP dengan Unwahas. Mereka di sana selama kurang lebih empat bulan, yakni dari 30 Oktober 2015 s.d. 30 Maret 2016.” paparnya.

Dalam pesannya prof. Mahmutarrom menyampaikan, agar selama di sana menjalankan tugas dengan baik, berlatih untuk membimbing dengan komunikasi berbahasa Indonesia. “Tidak perlu kawatir dengan kondisi di sana, karena apa yang ada di sana tidak jauh berbeda dengan di sini.” katanya menggambarkan.