Saturday, November 23, 2024
   
TEXT_SIZE

Perlu Sinergi Kembangkan Teknologi Nasional

Kudus-kopertis6.or.id – Penerbangan perdana pesawat N-250 Gatot Kaca pada 10 Agustus 1995 silam di Bandung, merupakan tonggak penting bagi kebangkitan teknologi nasional di Indonesia. Momen tersebut akhinya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 71 Tahun 1995.

Hal itu disampaikan Asisten Deputi Hak Kekayaan Intelektual dan Standardisasi Iptek Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Prof. Dr. Rer. Pol. Ir. H. Didik Notosudjono M.Sc., mewakili Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Iptek Kemristekdikti, Dr. Muhammad Dimyati, dalam seminar Hakteknas di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), Sabtu (22/8/2015).

‘’Hakteknas yang diperingati setiap tahun, bertujuan untuk menghargai keberhasilan putra-putri Indonesia dalam memanfaatkan, menguasai, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Selain itu, memberi dorongan kepada mereka untuk terus membangkitkan daya inovasi dan kreasi guna kesejahteraan dan peradaban Indonesia,’’ katanya.

Namun, hingga saat ini masih banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangan teknologi nasional. Antara lain disebabkan oleh keterbatasan sumber daya Iptek, belum berkembangnya budaya Iptek, dan belum optimalnya media mekanisme intermediasi Iptek.

‘’Di luar itu, yakni lemahnya sinergi kebijakan Iptek, belum terkaitnya kegiatan riset dengan kegiatan nyata, belum maksimalnya kelembagaan penelitian dan pengembangan (Litbang), serta masih rendahnya aktivitas riset di perguruan tinggi,’’ paparnya.

Didik memaparkan, meski kekuatan ekonomi Indonesia sudah masuk dalam 10 besar tahun 2014 versi World Bank, namun tingkat pertumbuhan ekonomi belum menunjukkan korelasi positif terhadap peningkatan kemampuan penguasaan teknologi.

‘’Ekonomi Indonesia masih banyak bergantung pada eksploitasi sumber daya alam, trade, konsumsi, dan belum didukung oleh kapasitas ilmu pengetahuan dan inovasi yang memadai sehingga akan sulit untuk bisa berkelanjutan,’’ ungkapnya.

Agung Lestari, Maintenance Manager PT. Sriboga Flourmill, salah satu narasumber, mengutarakan, kecepatan perkembangan teknologi dan permintaan pasar, menuntut tranformasi bisnis agar tak tergulung perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan masif. ‘’Persaingan bisnis yang ketat, membuat Sriboga Flour Mill harus melakukan transformasi untuk dapat menjadi leader dalam flour inovation,’’ terangnya.

Harapannya dari transformasi yang dilakukan, yaitu bisa berkontribusi dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat di mana perusahaan ini beroperasi. ‘’Salah satunyta diwujudkan dengan menjadi inisiator fortifikasi vitamin dan mineral untuk menyiapkan generasi Indonesia yang sehat dan cerdas,’’ katanya.

COMMUNITY

Materi Pelatihan