Thursday, April 18, 2024
   
TEXT_SIZE

UM MAGELANG MoU DENGAN CURTIN UNIVERSITY



Magelang-kopertis6.or.id - Sebagai langkah untuk terus berkembang, UM Magelang selalu berupaya untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai komitmen di bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik di dalam  maupun luar negeri.  Setelah menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi luar negeri, kali ini UM Magelang menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi Curtin University Australia. Penandatanganan MoU dilakukan Jum’at (3/6) di Aula Gedung Rektorat antara  Rektor UM Magelang  Ir, Muh Widodo MT dan Deputy Vice Choncellor Curtin University Prof. Michele Rosano.

MoU yang  berlaku selama lima tahun itu antara lain memuat tentang penelitian termasuk proyek remanufacturing, Life Cycle Assesment (LCA), dan cleaner production. Selain itu juga di bidang pendidikan seperti mengadakan pelatihan, workshop, serta publikasi ilmiah. Dr. Yun Arifatul Fatimah, MT, Dekan FT UM Magelang  yang mendampingi Rektor mengatakan, MoU bertujuan utnuk meningkatkan kerjasama dalam bidang penelitian dan pendidikan melalui berbagai kegiatan tersebut. Bagi UM Magelang, kerjasama itu juga dapat membuka peluang bagi dosen dan mahasiswa untuk menempuh studi lanjut di Curtin University.

Selain menandatangani MoU Prof. Michele Rosano juga memberikan materi kuliah umum di hadapan 150 mahasiswa dan dosen Fakultas Teknik UM Magelang serta segenap jajaran pimpinan baik di fakultas maupun universitas. Bertema Climate Change, Engineering and the Chalenges for Suistanable Education Michelle membahas tentang perlu adanya pendidikan yang berkelanjutan untuk memahamkan tentang pentingnya pengetahuan dan kesadaran mengenai efek perubahan iklim.

Efek perubahan iklim yang paling terlihat selama beberapa tahun belakangan ini, ungkapnya,  adalah naiknya tinggi permukaan laut di Greenland Canada, naiknya suhu di beberapa dataran rendah seperti Afrika dan Amerika yang dapat mencapai 40°C, kekeringan yang berkepanjangan di New Zealand dan Pakistan yang dahulu sebagai negara penghasil  susu dan gandum, musim dingin yang berkepanjangan di Cina sehingga banyak tumbuhan obat yang sudah tidak bisa tumbuh lagi di Cina serta banjir besar di India.

Michele mengatakan, korban dalam berbagai bencana tersebut yang sangat terlihat adalah kerusakan alam dan ekosistem, seperti koala dan kangguru di Australia, domba di Pakistan dan gajah di Afrika.  "Kerusakan lingkungan yang paling terlihat adalah kebakaran di Chile, yang menghabiskan seluruh cagar budaya UNESCO "wooden house" dan rusaknya rumah penduduk di Filipina," imbuhnya. Dengan adanya perubahan iklim yang ekstrim, maka banyak ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu dan dari berbagai negara berkumpul dalam sebuah kelompok penelitian Sustainable Engineering Group (SEG), dimana untuk Universitas Curtin diketuai oleh Prof. Michelle Rosano.

Dalam perkuliahan yang dipandu oleh Emilya Ully Artha, M. Kom, Michelle lebih lanjut menyampaikan bahwa pengetahuan tentang perubahan iklim harus diketahui oleh anak-anak dan orang dewasa. "Untuk anak-anak, terdapat program yang disebut Millenium kidz yang sudah diimplementasikan di Jakarta dan Surabaya dengan memfokuskan pada pemahaman pentingnya menjaga lingkungan dan memahami tentang arti pentingnya perubahan iklim yang sangat mempengaruhi kondisi bumi, musim, lingkungan, manusia dan alam sekitarnya. “Program ini difokuskan untuk anak-anak TK dan Sekolah Dasar dan disisipkan dalam Kurikulum Sekolah," tegasnya. "Perguruan tinggi harus berperan untuk menghadapi kondisi tersebut melalui berbagai kegiatan ilmiah," pungkas Michelle.

COMMUNITY

Materi Pelatihan